Tuesday, October 22, 2019

Pengalaman Rambut Rontok Parah: Penyebab dan Tips Mengatasi Rambut Rontok

pengalaman-rambut-rontok-parah
Pengalaman Rambut Rontok Parah: Penyebab dan Tips Mengatasi Rambut Rontok
Rambut rontok memang bikin kepala pusing tujuh keliling. Tapi, kalau dibiarkan begitu saja bisa menyebabkan kebotakan, lho! Enggak percaya? Saya sudah mengalaminya sendiri. Dan bagi saya, “kebotakan” itu lebih ngeri daripada film horror apapun yang pernah saya tonton ...

Table of Content:


  1. Pengalaman rambut rontok
  2. Penyebab rambut rontok
  3. Tips mengatasi rambut rontok
  4. Kondisi rambut terkini
  5. Take action!
  6. Closing

Pengalaman Rambut Rontok: Eksperimen Cat Rambut dan Kebotakan

Kisah menyedihkan ini dimulai sejak 4 tahun lalu ... (cue sad music)

Waktu itu, saya lagi kepincut pengen punya rambut warna coklat. Kalau dipikir-pikir lagi, saat itu banyak teman-teman sekampus yang juga dicat rambutnya. Maklum, sebagai mahasiswa baru, kayanya kami berambisi mengubah image anak sekolahan yang selalu dibelenggu peraturan menjadi sosok young adult yang independen dan bebas menentukan hidupnya sendiri (ceilah). Apalagi, fakultas kami termasuk kampus yang cukup longgar soal peraturan rambut, jadi bukan hal baru melihat kepala-kepala ditumbuhi rambut bak pelangi seliweran di sana-sini.

Meskipun awalnya enggak dibolehin ngecat rambut oleh mendiang ibu saya, yaaah namanya juga anak muda: makin dilarang justru makin tertantang, ‘kan? Akhirnya, tanpa sepengetahuan Mama, saya diam-diam membeli pewarna rambut murahan dan buru-buru mengecat rambut ketika Mama belum pulang dari kantor.

Sejujurnya, saya enggak terlalu puas dengan hasil mewarnai rambut menggunakan produk merek M******. Mungkin karena rambut saya belum pernah di-bleach sebelumnya, jadi saya enggak melihat adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah ngecat rambut. Rambut saya tetap hitam. Enggak ada sedikitpun tanda-tanda cat rambut itu pernah menempel di kepala saya.

Dan ... inilah awal dari kekacauan alam semesta.

Sepertinya beberapa minggu sejak “tragedi” mengecat rambut itu, perlahan-lahan rambut saya mulai rontok. Oke, bukan berarti rambut saya enggak pernah rontok sebelumnya, tapi kali ini jumlah rambut yang rontok cukup banyak (dan ini membuat saya panik). Biasanya, rambut saya cuma rontok ketika kusut. Namun, sejak rambut saya diwarnai, rambut saya rontok gila-gilaan bahkan ketika enggak disisir.

Paling sedih pas ngelihat helai-helai rambut berserakan di bantal, kasur, selimut, dan lubang air di kamar mandi (bahkan pas saya belajar, seringkali beberapa helai rambut beterbangan dan jatuh di modul kuliah saya!).

Saking parahnya, mungkin ada sekitar satu genggam rambut rontok per hari yang bisa saya kumpulin dari seluruh sudut kamar (yang demi menjaga perasaan saya sendiri sengaja enggak saya dokumentasikan.

Hiks, bukan main sedihnya hati saya ketika mengumpulkan rambut-rambut malang itu.

Kira-kira menginjak semester empat, saya baru menyadari kalau sepertinya saya mengalami ... (tarik napas panjang) kebotakan. Atau mungkin lebih tepatnya penipisan rambut. Beruntungnya hal ini enggak terjadi secara massive, melainkan cuma di bagian atas kepala saja.

Meskipun begitu, saya enggak bisa tenang. Mau ngaku ke Mama pun takut diamuk habis-habisan (salah sendiri bandel!). Akhirnya, saya berjuang seorang diri untuk mengakhiri tragedi ini.

Kira-kira, inilah hal-hal yang saya lakuin pada dua tahun awal kerontokan rambut untuk menyembuhkan rambut rontok saya.
  1. Mengganti shampoo. Saya nyobain shampoo yang emang ditargetkan untuk mengatasi rambut rontok. Beberapa yang (seinget saya) pernah saya coba: Natur Natural Extract Shampoo Ginseng Extract, L’oreal Paris Fall Resist 3X Anti-Hair Fall Shampoo, Pantene Hair Fall Control Shampoo, Dove Total Hair Fall Treatment, Mustika Ratu Shampoo Bayam, plus yang sekarang lagi saya pake yaitu Zinc Hair Fall Treatment.
  2. Pakai tonik rambut (Rudy Hadisuwarno Hair Loss Defense Hair Tonic Ginseng dan Natur Natural Extract Hair Tonic Ginseng Extract).
  3. Pakai hair oil. Saya cuma pernah pake sekali (L’Oreal Paris Extraordinary Oil).
  4. Pakai vitamin rambut. Saya lupa varian apa, pokoknya saya pernah pake Elips Hair Vitamin Hair Treatment yang warna pink (enggak paham juga gunanya apa, ha-ha!).
  5. Pakai hair mask. Satu-satunya yang teuteup saya pake dari dulu sampe sekarang ya cuma ini, Makarizo Hair Energy Fibertherapy Hair & Scalp Cream – Aloe & Melon Extract.
  6. Potong rambut. Awal-awal selalu potong pendek sepundak karena sayang banget aslinya rambut saya panjang sepunggung, tapi sejak saya berhijab, panjang rambut saya enggak pernah melebihi telinga.
I literally tried everything karena stres melihat jumlah rambut rontok yang enggak segera berkurang, he-he. Dan kalau kamu juga pernah mengalami problem yang sama, kayanya kurang lebih kita 11-12 lah, ya.

Coba ini, enggak berhasil, ganti taktik. Coba ini, coba itu, padahal saya enggak benar-benar yakin juga effort saya bisa nyembuhin rambut rontok.

Lantas, apa ke-enam cara di atas memang manjur untuk menyetop rambut rontok? Actually, apa sih penyebab rambut rontok?

Penyebab Rambut Rontok (Ditinjau dari Studi Terkait)

Ada beberapa studi yang berhasil saya kumpulkan terkait masalah rambut rontok (khususnya pada perempuan). Dari studi-studi tersebut, dapat diketahui beberapa penyebab rambut rontok yang kemudian saya rangkum dalam gambar di bawah ini.

Dari sini, bisa disimpulkan bahwa sedikitnya ada 2 faktor penyebab rambut rontok: faktor internal (usia, gen, penyakit tertentu) dan faktor eksternal (sinar radiasi, stres, dan penggunaan alat styling dengan suhu tinggi).

Berdasarkan kondisi fisik saya, saya bisa menerka kira-kira apa yang menyebabkan rambut rontok pada saya (saya enggak berani bilang “menganalisa” karena saya enggak punya pemahaman medis sama sekali):
  1. Stres secara emosional dan fisiologis (mungkin dipicu oleh tugas-tugas kuliah dan masa berkabung karena kepulangan almarhumah ibu saya),
  2. Kelelahan fisik (FYI saya harus commute ke kampus setiap hari, dan tiap pulang-pergi saya menghabiskan waktu sekitar 3-4 jam per hari. Kalikan dengan 5 hari kerja.),
  3. Anemia (sebenarnya sudah ada sejak SMA),
  4. Kuncir kuda (every day),
  5. Alergi cat rambut (di luar dugaan, efek hidrogen peroksida ternyata sangat berbahaya buat kesehatan manusia).
Oke, 5 penyebab sekaligus (dan belum termasuk faktor tidak teridentifikasi lainnya) ... ini cukup mengkhawatirkan. Kira-kira, apa yang sudah saya terapkan untuk meringankan gejala rambut rontok sudah terbilang betul – atau justru gagal total, ya?

Tips mengatasi rambut rontok

Mengatasi rambut rontok itu gampang-gampang susah. Gampang, asal penyebabnya jelas; susah, kalau penyebabnya enggak jelas (ya-iyalah!). Jadi, tips mengatasi rambut rontok di bawah ini mungkin enggak sepenuhnya ngaruh ke kamu.

Poin #2-#6 adalah trik yang ampuh buat saya. Sisanya, mungkin poin-poin itu juga cocok buat kamu, or maybe not at all.

1. Melalui obat-obatan seperti minoksidil

Cara pakai minoksidil kurang lebih sama seperti ketika kamu pake hair tonic. Minoksidil harus diaplikasikan langsung ke kulit kepala yang kering 2x sehari. Minoksidil 2% bisa dibeli di apotek tanpa resep dokter. Penggunaan secara rutin dapat menumbuhkan rambut secara bertahap (tapi enggak sepenuhnya mengembalikan kelebatan rambut, ya).

Gunakan selama sedikitnya 2 bulan untuk melihat hasilnya. Efek yoyo-nya mungkin agak bikin kamu put off karena sekali kamu berhenti pake minoksidil, rambutmu bakal rontok lagi.

2. Konsumsi suplemen penambah zat besi

Saya enggak benar-benar menyadari kalau anemia yang saya alami sejak SMA bisa jadi penyebab rambut rontok. Yah, salah saya juga sih, kenapa saya enggak cari banyak informasi soal rambut rontok di Google? Inilah sebabnya kalau kita sok tahu, ye’kan? Anyway, kalau kamu juga terjangkit anemia seperti saya, disini dianjurkan supaya kamu rajin minum suplemen penambah zat besi. Karena saya enggak bisa menelan obat dalam bentuk kapsul, my favorite is Sangobion Vita-Tonik rasa Cranberry.

3. Kurangi menguncir rambut hingga “tegang”

Entah itu dikuncir kuda, dikepang, whatever it is, selama mengalami rambut rontok saya mulai mengurangi frekuensi mengikat rambut. Tapi, karena saya berhijab, rasanya enggak nyaman kalau rambut digerai begitu saja di bawah kerudung, ‘kan? That’s why saya lebih memilih memangkas rambut sependek-pendeknya daripada harus menahan gerah. Faktanya, akar rambut kita rentan mengalami stres ketika dikuncir. Hm, rambut aja bisa stres, apalagi manusia?

4. Hentikan penggunaan alat-alat styling dengan suhu tinggi

Saya enggak lagi mengeringkan rambut dengan hairdryer, meluruskan rambut dengan catokan, apalagi mengeriting rambut. Bisa dibilang, selama masa penyembuhan ini saya benar-benar berkomitmen untuk enggak melakukan “eksperimen-eksperimen” aneh lagi pada rambut saya. 

Gapapa, toh juga saya berhijab. Selama di luar, enggak ada yang tahu gimana rambut saya di balik kerudung yang saya pake, ‘kan?

5. Say no to chemical processing

Enggak lama setelah insiden cat rambut itu, saya kehilangan nyali tiap kali melihat iklan-iklan cat rambut berseliweran di tipi. Well, enggak semua pewarna rambut mungkin berbahaya dan menimbulkan reaksi alergi, tapi enggak ada salahnya untuk berjaga-jaga. Ketika rambut saya lagi parah-parahnya rontok, saya tahu sebenarya rambut saya lagi ngambek. Mungkin dia enggak nafsu “menelan” zat-zat kimia yang saya sodorkan. Kalau ngambek begini, kesalahan sedikit pun pasti bisa membuat kondisi rambut saya makin kacau. So, lebih baik saya menjaga penampilan asli rambut saya sampai masalah ini benar-benar teratasi. Kamu juga, ya!

6. Ganti shampoo, conditioner, dan hair tonic dengan produk-produk yang merangsang pertumbuhan rambut

Saya rasa saya enggak perlu menjelaskan panjang lebar soal yang satu ini. Intinya, ganti saja apapun yang kamu pake sekarang dengan shampoo, kondisioner, hair tonic, bahkan essential oil (jika perlu) yang ditargetkan untuk menumbuhkan rambut.

Selain itu, enggak ada salahnya juga kalau kamu memperbaiki gaya hidup kamu. Bagi saya, stres selalu jadi pemicu rambut rontok nomer satu. Karena itu, sebisa mungkin saya menjaga kesehatan mental saya supaya tetap berada di titik positif.

Caranya? Banyak banget, dan itu tergantung dari kepribadian masing-masing.

Saya doyan main gim. Bahkan ketika saya lagi suntuk ngerjain skripsi pun, game online adalah bentuk pelarian saya dari stres (mohon maaf, Pak Dosen!). Buat kamu, mungkin definisi dari “mengatasi stres” bisa dalam bentuk mewarnai adult coloring book, olahraga, travelling, atau binge eating. Apapun yang menurut kamu bisa membantu mengembalikan “kewarasan” mental kamu, just do it.

Selain mengontrol emosi, istirahat yang cukup juga mungkin bisa berdampak positif dalam meringankan gejala rambut rontok. Masih ingat ‘kan kalau letih dan capek berlebih tergolong ke dalam salah satu penyebab rambut rontok? Makanya, istirahat itu perlu.

Coba amati pola tidur kamu selama beberapa hari terakhir: berapa jam sehari yang kamu habiskan buat merilekskan otak dan tubuh? Kalau kamu ngerasa frekuensi rambut rontokmu bertambah ketika kamu sedang lemas dan enggak fit, tidur adalah bentuk istirahat terbaik buat kamu.

Lagi pula, siapa sih yang enggak suka tidur?

Kondisi Rambut Terkini: Pendek Sih, Tapi Oke-lah!

Sekitar satu minggu sebelum wisuda, saya memutuskan untuk memotong pendek rambut saya. Saya enggak tahu apa nama model potongan rambut yang satu ini, tapi gaya rambut mendiang Putri Diana adalah referensi yang saya pake. Meskipun realitanya berbanding terbalik dengan ekspektasi saya (which means saya kelihatan konyol banget dengan rambut super pendek), yang penting saya bebas gerah dan rontok!

Dan, sejak memotong rambut itulah, saya merasakan perubahan dari jumlah rambut rontok yang saya alami. Bukan perubahan drastis karena baru satu setengah bulan saja sejak saya memotong rambut, tapi saya yakin kalau ini membawa dampak positif.

Jumlah rambut rontoknya sudah mulai berkurang! Rambut saya enggak lagi rontok tiba-tiba ketika saya sedang belajar, blogging, atau main game. Ini benar-benar mengejutkan buat saya!

Plus, saya enggak lagi mengumpulkan segenggam rambut-rambut rontok yang berserakan di kasur dan bantal saya. Masih ada, tapi sudah enggak separah dulu. Dan yang paling penting, saya enggak lagi terbebani tiap melihat rambut di bagian atas kepala yang masih berusaha untuk menumbuhkan lebih banyak lagi baby hair. Sudah enggak setipis dulu, tapi saya optimis kalau kondisi rambut saya bisa lebih baik lagi daripada ini!

Take action!

Cari tahu apa persisnya penyebab rambut rontok yang kamu alami, dan obati dengan telaten.

Saran saya sih, daripada sekadar menebak-nebak sambil membaca artikel A-Z di Internet soal rambut rontok, lebih baik kamu segera mengunjungi dokter spesialis kulit apalagi kalau kamu mengalami kerontokan parah (yeap, masalah seputar kulit, rambut, dan kuku ditangai oleh dermatolog).

Rambut rontok enggak bisa disembuhkan dalam semalam. Kalau kamu menemukan obat-obatan yang dijual di online shop dengan embel-embel “menumbuhkan rambut secara instan”, kamu patut curiga. Mungkin, klaim yang diajukan memang terbukti - rambut kamu tumbuh lebat dengan cepat – but no one knows efek samping apa yang menunggu di balik penggunaan produk-produk mencurigakan seperti itu.

Dan ... karena tulisan saya ini termasuk salah satu dari artikel A-Z yang beredar luas di Internet, kamu punya hak untuk enggak mempercayai apa yang saya jelaskan disini.

Tujuan utama dari tulisan saya ini adalah untuk sharing sekaligus beberapa referensi dari studi terkait tentang pengalaman saya tersebut. Karena fungsinya cuma sebagai referensi semata (ditambah lagi saya enggak punya background pengetahuan medis), saya harap kamu bisa bijak menanggapi artikel ini, ya.

Closing

Sudah berapa lama kamu stres karena rambut rontok yang enggak kunjung sembuh? Apa aja yang sudah kamu lakuin untuk mengatasi rambut rontok? Share pengalaman kamu di bawah, ya. Saya bakal seneng banget bisa baca pengalaman kamu!

Until next time,

XOXO.



Referensi:
[1] Olsen, E.A. (2001). Female pattern hair loss and its relationship to permanent/cicatricial alopecia: a new perspective. Clinical Interventions in Aging. 2(2). 189-199.
[2] Birch, M.P., Lalla, S.C., and Messenger, A.G. (2002). Female pattern hair loss. Clinical and Experimental Dermatology. 27(5). 383-388.
[3] Dinh, Quan Q., and Sinclair, Rodney. (2007). Female pattern hair loss: Current treatment concepts. Journal of the American Academy of Dermatology. 45(3). 70-80.
[4] Bergfeld, Wilma. (2009). Diffuse hair loss: its triggers and management. Cleveland Clinic Journal of Medicine. 76(6). 361-367.
[5] Jung-A, Seo., Il-Hong, Bae., Won-Hee, Jang., Jong-Hyung, Kim., Seok-Yun, Bak., Sang-Hun, Han., Young-ho, Park., and Kyung-Min, Lim. (2012). Hydrogen peroxide and monoethanolamine are the key causative ingredients for hair dye-induced dermatitis and hair loss. Journal of Dermatological Science. 66(1). 12-19.
[6] Huang, C., Du, Y., Nabzdyk, C.S., Ogawa, R., Koyama, T., Orgill, D.P. and Fu, X. (2016). Regeneration of hair and other skin appendages: A microenvironment-centric view. Wound Rep Reg. 24. 759-766.
loading...

1 comment:

  1. Saya pun punya masalah rambut rontok, tapi sejauh ini cuek bebek. Yang penting masih ada rambutnya di kepalaku, its oke

    ReplyDelete

Pssst: menulis komentar yang bijak dan enggak mengandung unsur SARA itu keren, lho. Cobain, deh.

Artikel Terkait