Tuesday, September 6, 2022

Sulitnya Mencari Pekerjaan yang Layak Dewasa Ini, Mengapa?

Mengapa zaman sekarang mencari pekerjaan itu sulit?

Fakta atau hoaks: mencari pekerjaan yang ‘layak’ dan ‘memanusiakan’ dewasa ini ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami?

Jawabannya: Fakta.

Milenial dan Gen Z siap-siap gigit jari, deh.

Gara-gara permintaan kualifikasi selangit dari kebanyakan perusahaan (minimal lulusan sarjana lah, pernah magang di beberapa korporasi mentereng lah), mayoritas mereka yang lahir antara tahun 1980-an sampai 2000-an rupa-rupanya kesulitan memperoleh pekerjaan yang oke sebelum menginjak kepala tiga.

Salah satu persyaratan lowongan kerja yang paling bikin gigit jari. 

Ini bukan tebakan asal, apalagi cap-cip-cup kembang kuncup, melainkan hasil dari penelitian terbaru yang diterbitkan oleh Universitas Georgetown, universitas riset swasta di Georgetown, Washington, D.C., Amerika Serikat.

Menurut penelitian tersebut, nasib milenial jauh lebih apes daripada generasi pendahulunya, generasi Baby Boomers, yang mana bisa mendapatkan pekerjaan semudah membalikkan telapak tangan, bahkan di usia 20-an.

Bagaimana bisa?

Kata peneliti yang tergabung dalam riset ini, nih, ini lantaran generasi Milenial dituntut untuk berpendidikan lebih tinggi sekaligus mengantongi pengalaman kerja yang lebih berkualitas daripada generasi sebelumnya.

Sebenarnya, apa, sih, yang dimaksud dengan pekerjaan yang ‘layak’?

Suatu pekerjaan dikatakan ‘layak’ apabila mampu mendukung gaya hidup yang mandiri. Dengan kata lain, gaji atau upah yang diperoleh dari pekerjaan tersebut haruslah mencukupi sekurang-kurangnya biaya hidup standar.

Berarti, di tingkat nasional, seseorang dengan pekerjaan yang ‘layak’ semestinya bisa membawa pulang setidaknya Rp5.500.000 setiap bulannya.

Mirisnya, rata-rata upah karyawan di Indonesia malahan belum menyentuh nominal tiga juta rupiah per bulan.

Mau tahu apa yang lebih miris daripada fakta ini?

Ternyata, sebagian besar Milenial, sekalipun sudah berumur 30 tahun lebih, belum juga bisa merasakan kehidupan yang ‘layak’ menurut standar di atas.

Sebaliknya, ayah dan ibu mereka dapat mencapai target tersebut tiga tahun lebih muda daripada anak-anak mereka, atau di usia 27 tahun.

Barangkali selisih tiga tahun terlihat seperti, ah, hal yang sepele.

Namun siapa sangka, konsekuensinya bisa benar-benar fatal, loh.

Begini, tanpa pekerjaan yang layak, itu artinya tidak ada tempat tinggal yang layak, tidak ada kondisi keuangan yang stabil, dan, dalam jangka panjang, semua ini akan berujung pada satu hal: masa depan yang suram.

Alamak!

Tidak melulu soal gaji, masih bersumber dari penelitian yang sama, aset generasi Milenial juga dinilai jauh lebih kecil daripada aset generasi Baby Boomers, bahkan setelah nilainya disesuaikan mengikuti tingkat inflasi.

Dan, jika lulusan perguruan tinggi saja terseok-seok diterima di perusahan yang memanusiakan, apa kabarnya dengan mereka yang bermodalkan ijazah SMA dan setara?

Kabar mereka sama mengenaskannya, Bro/Sis!

Berdasarkan survei Universitas Georgetown, hanya 26% dari total responden yang mengaku memiliki pekerjaan layak di ulang tahun yang ke-35.

Coba tebak apa latar belakang pendidikan mereka?

Ya, sekolah menengah atas!

Jadi, kalau saat ini kamu sedang dalam proses melamar pekerjaan, satu kata untukmu: bersabarlah.

Jangan putus asa untuk menyerahkan lamaran demi lamaran ke perusahaan-perusahaan incaranmu.

Dan, apabila sejauh ini usahamu belum juga membuahkan hasil, baca kembali dua paragraf awal tulisan ini.

Mencari pekerjaan yang ‘layak’ dan ‘memanusiakan’ dewasa ini memang ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Akhir kata, pantang menyerah, ya, wahai para pejuang cuan! ***

Tulisan: Ristra Russilahiba (Be Eggstraordinary)

Foto: Ethan Sykes

No comments:

Post a Comment

Pssst: menulis komentar yang bijak dan enggak mengandung unsur SARA itu keren, lho. Cobain, deh.

Artikel Terkait