Monday, February 10, 2020

A Day in a Life of a Freelancer: Keseharian Seorang Penulis Lepas dan Tutor Privat

A Day in a Life of a Freelancer
Photo by cottonbro from Pexels

Sepertinya sudah hampir empat bulan sejak saya mulai nyemplung ke dunia freelancer (a.k.a pekerja lepas). Dibanding keseharian saya sebagai seorang mahasiswa (dulu), jadwal sehari-hari seorang pekerja lepas benar-benar nggak bisa ditebak.

Ada kalanya saya bisa bermalas-malasan seharian (literally dari pagi ke pagi lagi, rebahan is lyfe), namun ada masanya pula saya harus berkejaran dengan waktu demi memenuhi tenggat waktu yang diberikan para klien.

Mulanya saya kira kehidupan baru saya ini bakal se-wah itu, tapi siapa sangka - it's just another ordinary life of an ordinary person, kok! πŸ˜

Jadi, beginilah bagaimana saya menghabiskan waktu sebagai seorang penulis lepas sekaligus tutor privat (pada hari-hari normal). Supaya mudah, saya bakal membaginya menjadi dua timestamp: rutinitas di pagi hari dan malam hari.

Morning Routine

04:30

Saya selalu terbangun dengan bantuan alarm. Duduk sebentar di tepian ranjang selama kurang lebih 5 menit sambil terbengong-bengong untuk mengumpulkan kesadaran saya, he-he πŸ˜‚ Setelah sepenuhnya sadar, saya cepat-cepat ambil air wudhu dan menuntaskan kewajiban untuk sholat shubuh. Selepas sholat, segera merapikan kasur karena hari baru sudah dimulai!

05:00

Kalau sedang rajin, saya nggak pernah absen turun ke dapur membantu menyiapkan bekal makan siang adik.

Tapi, percaya deh; orang macam saya ini lebih sering malas daripada giat, jadi sesekali saja adik saya melongo melihat saya cekatan banget menggoreng telur atau merebus air untuk memasak pasta instan (La Fonte Pronto Spaghetti with Bolognese Sauce adalah favorit di rumah kami). Begitu bekalnya siap, gantian saya menyeduh teh hangat.

Sambil menunggu air mendidih, saya sempatkan untuk membalas pesan-pesan yang masuk di akun-akun sosial media saya. Nggak ketinggalan juga saya mengecek pesan-pesan yang dituliskan oleh para klien di akun Projects.co.id kepunyaan saya.

06:00

Pada jam-jam ini, rumah jadi lengang.

Bapak pergi bekerja, adik berangkat ke sekolah; tinggal saya seorang diri di rumah. Berhubung sedang sepi, saya memanfaatkan momen ini untuk beres-beres kamar: menyapu, mengelap perabotan dari debu, membuang sampah, mencuci piring-piring kotor, yah ... pokoknya pekerjaan rumah tangga semacam itu, deh!

Kalau lingkungan di sekitar bersih, entah mengapa rasanya pikiran jadi ikut bersih dan plong juga. Plus, wajib diingat juga:

"Kebersihan itu sebagian dari iman."

06:30

Sekarang waktunya mengisi perut, nih. Menu sarapan saya sederhana saja. Kadang, saya menghangatkan kembali lauk sisa tadi malam. Atau, kalau sedang benar-benar enggan memasak, saya memilih kepraktisan dari menyantap nasi campur dagangan tetangga sebelah rumah yang sedap tur murah! πŸ˜‰

Jika kemalasan saya sedang berada di puncaknya, sepiring nasi dan telur mata sapi pun sudah cukup untuk mengusir lapar (supaya cita rasanya nggak flat, saya tambahkan satu sendok makan margarin Blue Band ke nasi hangat dan aduk sampai tercampur rata; rasanya dijamin maknyus!).

10:30

Habis sarapan, terbitlah ngantuk, hi-hi πŸ˜

Karena saya sering banget menulis hingga larut malam, waktu tidur saya di malam hari acapkali terpotong untuk bekerja. Sebagai kompensasinya, mau nggak mau saya memanfaatkan kekosongan waktu di pagi hari (lazimnya setelah sarapan) untuk kembali menyambung tidur.

Saya tipe orang yang wajib tidur selama 8 jam sehari. Bagaimana kalau kurang dari durasi tersebut? Duh, bisa-bisa seharian saya uring-uringan! Kalau waktu tidur saya tercukupi, bangun-bangun tubuh saya terasa segar dan it feels like I can do anything well (uh, not really but yeah, seems like so!).

Lepas bangun tidur, saya segera mandi dan berganti baju untuk membangun mood bekerja yang optimal!

11:30 - 20:00

Ketika sedang fokus bekerja, saya sanggup duduk di depan laptop selama empat jam berturut-turut tanpa istirahat sama sekali! Tapi, karena kondisi punggung saya nggak bagus, saya nggak boleh lupa menyempatkan diri untuk membaringkan tubuh di kasur sekitar 15 menit setiap satu jam sekali.

Kalau sedang suntuk, saya juga gemar mondar-mandir ke ruang tamu atau ke muka rumah demi menghindari burnout; pokoknya di mana pun asal bukan di dalam kamar!

In short, selain sibuk menulis dan menyusun lembar soal untuk murid les privat saya, pada waktu-waktu break singkat biasanya saya habiskan untuk beribadah, mengistirahatkan punggung, makan camilan atau makan siang, berjalan-jalan sebentar atau memainkan game di ponsel untuk menghalau kejenuhan.


Night Routine

20:00

Waktu berjalan begitu cepat selagi saya berkutat dengan pekerjaan-pekerjaan saya. Nggak diduga, jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan langit di luar berubah gelap!

Apabila prioritas pekerjaan saya untuk hari itu sudah selesai, maka saya anggap shift bekerja saya sudah selesai pula (dan closing hour-nya bisa bervariasi dari hari ke hari, walaupun acapkali saya baru bisa mematikan lampu dan berbaring di kasur pada jam sebelas malam, hu-hu).

It's the time to shut down the computer and get some meal to fill the growling stomach.

21:00

Sebelum tidur, saya nggak pernah lupa untuk memberikan reward kecil buat diri saya yang sudah bekerja keras seharian. Bukan hal yang mewah, mungkin hal-hal simpel seperti melanjutkan kembali membaca episode terbaru dari beberapa judul Webtoon favorit saya, mengobrol dengan Bapak atau bertanding satu babak di Mobile Legends Bang Bang dengan adik saya. He-he, begini-begini saya cukup mahir juga, lho, meskipun belum bisa dibilang sejago para atlet game, sih ✌️

22:30

Begitu mata lelah, saya nggak mampu menunda lebih lama lagi untuk lekas mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu a la Tumblr yang kerlap-kerlipnya lebih redup daripada lampu pada umumnya.

FYI, saya ini tipe orang yang nggak bisa tidur dalam keadaan terang-benderang, berbeda terbalik dengan adik saya yang fine-fine saja tidur dengan lampu menyala (teman-teman bagaimana?). Nggak boleh luput menyetel alarm untuk besok pagi dan berdoa, now let's call it a day... πŸ’€ 

* * *

Sejak beberapa minggu terakhir ini, saya merasa paling pas dengan sistem rutinitas seperti ini: memulai jam bekerja saya sedikit terlambat dan mengakhirinya pun lebih lambat daripada orang-orang pada umumnya.

Nggak setiap hari rutinitas saya mengikuti jadwal di atas. Seperti yang telah saya sebutkan di awal, jam kerja seorang freelancer itu fleksibel, dan itu selalu tergantung pada banyak-sedikitnya beban pekerjaan yang saya punya.

Tapi, dibanding bekerja menurut kehendak hati, saya lebih nyaman bekerja mengikuti sistem yang ada. Dengan begitu, saya sanggup melawan keinginan untuk bermalas-malasan dan menunda-nunda jam bekerja saya hingga ke menit terakhir.

Untuk teman-teman sendiri, bagaimana keseharian kalian? Apakah kalian lebih suka bekerja dalam situasi yang stabil, atau dinamis? Mengapa? Bagikan pendapat kalian di kolom komentar, ya. I'll be waiting to hear from you!

Sampai jumpa di tulisan berikutnya,

XOXO.



* Tulisan ini mengandung affiliate link. Apabila kamu membeli satu produk yang saya rekomendasikan lewat tautan tersebut, saya akan menerima sedikit komisi dari pembelian tersebut tanpa ongkos tambahan apapun buat kamu!

1 comment:

  1. Keseharianku sama, berjibaku dengan rutinitas. Apalagi, selain kerjaan sehari-hari, aku juga ambil job freelance diluar jam kerja. Jadilah tiap hari rasanya perang :(

    ReplyDelete

Pssst: menulis komentar yang bijak dan enggak mengandung unsur SARA itu keren, lho. Cobain, deh.

Artikel Terkait